Sabtu, 29 April 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 7

   

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN 

SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN

 

 

OLEH: TIONO - CGP ANGKATAN 7 SMPN 2 JATIREJO MOJOKERTO

PENGAJAR PRAKTEK : Hj. ANIK ISTIQOMAH , M.Pd.

FASILITATOR : SLAMET HARIONO. M.Pd.

EMAILS: tionosalsa@gmail.com

 

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik” (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).Bob Talbert. Berdasarkan kutipan tersebut sebagai seorang pemimpin pembelajaran tidak hanya memberikan materi/konten pembelajaran atau alternatif pemecahan masalah akan tetapi memberikan suatu pembelajaran untuk menentukan yang terbaik sesuai dengan kodrat alam dan zaman dari berbagai alternatif itulah yang terbaik bagi murid. Dan yang terpenting sebagai guru dalam mengajarkan anak tidak hanya ilmu pengetahuan saja, tetapi ilmu itu merupakan proses yang sistematis dan terencana yang bisa merasuk kedalam kalbu sianak, alam pikiran mereka, sehingga berdampak pada perilaku dan karakter si anak yang beradab selain berilmu.

Pengambilan keputusan dengan menentukan dari berbagai alternatif yang beraneka ragam sebagai pemimpin pembelajaran selama ini tidaklah mudah, oleh sebab itu setelah CGP mempelajari dari modul 1, modul 2 hingga modul 3.1 berikut ini kami uraikan dalam tulisan bog ini dengan judul “KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN”

Berikut pemaparannya:

  1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara ini meliputi 3 hal diantaranya:

a.    Ing ngarso sung tulado; yang artinya jika di depan dapat memberikan teladan.

Sebagai seorang guru sekaligus pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan sebaiknya dapat dijadikan contoh atau suri tauladan bagi murid dan teman sejawadnya, dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal yang di yakini.

b.    Ing madya mangun karsa; yang artinya jika di tengah dapat memberikan ide,gagasan, inovasi

Sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan bisa menjadi inspiratif bagi murid dan teman sejawat dalam mewujudkan tujuan penddidikan nasional. Tujuan Pendidikan Nasional terdapat dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

c.     Tutwuri Handayani; yang artinya dibelakang bisa memberikan dorongan, motivasi, dan semangat.

Sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran di posisi belakang sebaiknya dalam pengambilan keputusan mampu memberikan dorongan, motivasi, semangat yang nantinya murid dan teman sejawat untuk melakukan keputusan yang yang ditaetapkan dengan berpijak pada nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid.

  1. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan sebaiknya berpijak pada nilai-nilai kebajikan universal yang sudah tertanam pada diri kita seperti (rasa aman, nyaman, demokatis, gotong-royong, kejujuran ) dan juga pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan seperti (Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Nilai- nilai kebajikan itu bagaikan gunung es yang diatas permukaan air laut yang nampak kecil akan tetapi sangat besar di dalam otak bawah sadar kita. Oleh sebab itu dalam pengambilan keputusan sebaiknya kita memupuk nilai nilai kebajikan universal tersebut sehingga setiap keputusan kita terjiwai oleh nilai-nilai tersebut

  1. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil?

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching(bimbingan) dimana dalam proses pembelajaran diharapkan murid (Cochee)mampu menemukan potensi dari diri sendiri dengan penuh kesadaran timbul dorongan untuk melakukan sesautu pembelajaran dari potensi yang dimiliki. Sedangkan Guru (Coach) diharapkan mampu menggali potensi murid dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mampu menggali potensi murid dengan prinsip kemitraan dalam prose coaching. Dengan demikian keputusan yang diambil timbul dari potensi diri murid dan murid mempunyai komitmen untuk melaksanakan dengan kesadaran diri.

  1. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang guru dalam mengahadapi dilema etika (benar vs benar) tentunya guru sebaiknya mampu atau benar-benar bisa mengelola kondisi sosial emosional dirinya sendiri juga murid atau rekan sejawatnya. Keputusan yang diambil dengan memperhatikan paradigma dan prinsip -prinsip pengambilan keputusan sehingga keputusan tersebut tidak bias akibat terpengaruh kondisi emosional tertentu.

  1. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang guru atau pemimpin pembelajaran tentu saja pernah atau akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan keluarga atau lingkungan sekolah.Studi kasus dalam pembahasan modul ini (modul 3.1)memberikan contoh-contoh yang mungkin pernah terjadi atau dialami oleh seorang guru. Berdasarkan hal tersebut diharapkan guru dalam menghadapi situasi tersebut tidak terjebak pada masalah yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan.

  1. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Suatu keputusan sangat besar pengaruhnya terhadap progress suatu keluarga atau sekolah. Keputusan yang tepat akan menciptakan lingkungan keluarga sekolah yang aman , nyaman , dan menumbuhkan lingkungan yang positif bagi penghuninya begitu juga sebaliknya

  1. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan dalam pengambilan keputusan barkaitan dengan kasus-kasus dilema etika diantaranya:

a.    Waktu , Pengambilan keputusan itu memerlukan waktu, namun terkadang ada situasi tertentu yang harus menuntut segera dilakukan keputusan yang berkaitan dengan benar lawan benar

b.    Nilai-nilai yang sama sama diyakini kebenarannya dan sudah tertanam lama di benah warga sekolah, hal ini akan menimbulkan banyak pertentangan yang mungkin salah satu harus ada yang dikorbankan

Setiap keputusan yang diambil tentunya akan dapat merubah paradigma lingkungan kita, namun diusahakan setiap keputusan dapat merubah paradigma lingkungan ke arah positif

  1. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengambilan keputusan sebaiknya benar-benar yang bisa memerdekakan murid. Secara fakta memang murid -murid itu berbeda-beda, akan tetapi seorang guru dalam memutuskan pembelajaran harus berpihak pada murid dengan memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran yang bisa guru terapkan diantaranya pembelajaran deferensiasi yaitu pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan murid secara individual. Pembelajaran deferensiasi (konten, proses, dan produk) ini paling tidak bisa melayani kebutuhan setiap murid di kelas.

  1. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid muridnya, karena keputusan yang berpihak pada murid dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan tentunya akan mempengaruhi pola pikir murid dalam menghadapi tantangan selama hidupnya dari apa yang pernah dipelajari sebelumnya dari seorang guru/pendidik. Guru yang dalam pengambilan keputusan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan memperhatikan nilai-nilai kebajikan, serta kodrat alam dan zaman tentunya membekali pemahaman, pemikiran dan tauladan bagi murid-muridnya.

  1. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Pembelajaran yang dapat kita tarik dari pembelajaran modul 3.1 Pengambilan keputusan berpijak pada nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dengan modul lainya diantaranya:

a.    Kaitan dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki harjar Dewantara. Sebagai pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan sebaiknya memperhatikan filoofi tersebut. Pemimpin sebaiknya bisa menjadi Tauladan, prakarsa inspiratif dan motivator)

b.    Kaitan dengan modul 1.2 Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak. Sebagai Guru penggerak/pendidik dalam pengambilan keputusan sebaiknya memperhatikan nilai-nilai kebajikan universal

c.     Kaitan dengan modul 1.3 Visi dan Misi Guru Penggerak. Seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan pembelajaran juga harus memahami visi dan misi yang sudah disepakati oleh lingkungan sekolah sehingga ada perubahan ke arah yang positif

d.    Kaitan dengan modul 1.4 Budaya Positif. Seorang guru/pendidik dalam pengambilan keputusan sebaiknya dapat menciptakan budaya positif di lingkungan sekolahnya. Dengan penerapan budaya positif dengan melakukan penerapan segitiga restitusi dalam menghadapi masalah disiplin disekolah diharapkan dapat menumbuhkan rasa dorongan dari murid dan warga sekolah untuk menciptakan budaya positif.

e.    Kaitan dengan modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi. Sebagai seorang guru yang bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses pembelajaran, sebaiknya dalam mengambil keputusan pembelajaran yaitu pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan individu murid yaitu pembelajaran yang berdiferensiasi baik konten ,proses, dan produk yang disesuaikan karakteristik murid.

f.      Kaitan dengan modul 2.2. Pembelajaran Sosial Emosional. Sebagai seorang Guru dalam pengambilan keputusan pembelajaran juga sebaiknya bisa mengelola sosial emosionalnya sendiri dan juga bisa menjadikan tauladan dan pembelajaran muridnya untuk bisa mengelola sosial emosionalnya.

g.    Kaitan dengan modul 2.3 Coaching. Sebagai seorang guru dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid sebaiknya bisa menerapkan proses coaching terhadap murid dan teman sejawat khususnya dalam menghadapi masalah dilema etika. Dengan penerapan prinsip relasi dalan coaching dan alut TIRTA dapat menghasilkan keputusan yang positif dari berbagai pihak

  1. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Delima Etika yaitu suatu permasalahan dalam proses pengambilan keputusan antara benar melawan benar, sehingga perlu dilakukan tindaklanjut dengan memperhatikan prinsip pengambilan keputusan dan sembilan langkah. Sedangkan Bujukan Moral berkaitan dengan permasalahan dalam pengambilan keputusan antara benar dan salah, sehingga tidal perlu tindak lanjut.

Ke tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Sembilan langkah pengambilan keputusan :

a.    Mengenali nilai-nilai yang salin bertentangan

b.    menentukan siapa yang terlibat

c.    Mengumpulkan fakta-fakta dan data

d.    Pengujian dalam pengambilan keputusan (uji legal, uji regulasi/standart keprofesian, uji instuisi, uji sosial media/publik, uji panutan/idola)

e.    pengujian benar lawan benar

f.     melakukan 3 prinsip pengambilan keputusan

g.    opsi Trilema

h.    lihat lagi keputusan /refleksikan

  1. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

CGP pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi dilema moral yaitu saat ada murid akan mengikuti studi lapangan tetapi murid ini orang tuannya tidak mampu namun bersedia membayar dengan jangka waktu tertentu. Perbedaan yang CGP alami setelah mempelajari modul ini yaitu adanya prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan opsi Trilema

  1. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak setelah memepelajari modul ini , CGP dapat memahami bahwa setiap keputusan itu tidak ada benar salah akan tetapi seorang pemimpin sebaiknya  berani mengambil keputusan dengan memperhatikan prinsip,paradigma dan sembilan langkah pengambilan keputusan serta menerima konsekuensi dari keputusan itu

  1. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Mempelajari modul 3.1 Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai Kebajikan sebagai pemimpin, sangatlah penting , karena setiap manusia apalagi guru/pendidik yang setiap saat menghadapi permasalahan yang harus diambil keputusan. Jika keputusan itu dilakukan dengan memeperhatikan unsur, paradigma , prinsip, serta sembilan langkah pengambilan keputusan, tentunya keputusan tersebut akan memiliki manfaat yang lebih baik dimasa sekarang dan yang akan datan bagi diri dan murid-murid.

Sekian terima kasih


Jumat, 23 Desember 2022

ARTIKEL : RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

 

JUDUL MODUL: PENERAPAN DISIPLIN POSITIF MELALUI PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS DAN SEGITIGA RESTITUSI DALAM UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG AMAN, TENTRAM DAN MENYENANGKAN DI KELAS 7B SMP NEGERI 2 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO


NAMA PESERTA  : Tiono, S.Pd

 

 

  1. LATAR BELAKANG

Visi guru penggerak adalah terwujudnya profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional yang tercamtum dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Visi tersebut bisa terwujud salah satunya sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memiliki lingkungan yang berbudaya positif.

Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol.

Berdasarkan beberapa penelitian, tentang teori kontrol, semua perilaku manusia pasti memiliki tujuan. Begitupula dengan perilaku siswa. Bahkan sebuah kesalahan yang dilakukan siswa pasti memiliki alasan. Alasan tersebut biasa disebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu: 1) Kebutuhan bertahan hidup (Survival) yaitu kebutuhan berkaitan dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll. 2) Kebutuhan Cinta dan kasih sayang (Penerimaan). 3) Kebutuhan Penguasaan (pengakuan akan kemampuan),4) Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan akan pilihan), dan 5) Kebutuhan akan Kesenangan. Ketika guru sudah mampu memahami kebutuhan dasar setiap siswa, langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif.

Selama ini, disiplin dipahami sebagai tindakan untuk membuat siswa patuh pada aturan sekolah dan guru. Apakah seperti itu penerapan disiplin yang tepat?

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu: 1)Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut motivasi eksternal dan hal tersebut tidak akan bertahan lama.

Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ke-3. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal. Motivasi internal lebih berjangka lama dan membuat siswa makin kuat secara karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, sebab hanya diri sendiri yang mampu mengontrol diri kita bukan orang lain.Jika belum bisa mengontrol diri menurut Ki Hajar, penerapan dispilin dilakukan orang lain tapi dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Artinya, siswa sendirilah yang menginginkan dirinya menaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau keyakinan sekolah dan kelas.

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka guru dalam proses pembelajarannya agar tercapai tujuan atau visi tersebut dapat menerapkan disiplin positif di kelasnya selama proses pembelajaran berlangsung melalui pembentukan keyakinan kelas serta menerapkan segitiga restitusi dalam membantu pemecahan masalah murid, agar tercipta pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya.

 

  1. TUJUAN

Tujuan dari rencana tindakan aksi nyata ini yaitu terciptanya suasana pembelajaran di kelas 7 B SMP Negeri 2 Jatirejo kabupaten Mojokerto yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sehinnga terwujud rasa disiplin, tanggungjawab, mandiri kreatif, dan beraklak mulia.

 

  1. TOLAK UKUR

Tolak ukur keberhasilan dari rencana tindakan aksi nyata ini diantaranya:

1.    Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas.

2.    Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas.

3.    Teraplikasikannya proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontro sebagai manajer

4.    Terciptanya suasana pembelajaran yang aman,nyaman dan menyenangkan

 

 

  1. LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

Berikut rencana tindakan meliputi:

1.    Menyusun rencana tindakan Disiplin positif dan mengkoordinasikan dan mengkulsultasikan dengan kepala sekolah

2.    Merefleksi atau memperbaiki rencana dari hasil konsultasi dengan kepala sekolah jika diperlukan

3.    Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada rekan sejawat dan wali murid jika diperlukan.

4.   Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas.

5.   Mendokumentasikan Setiap Kegiatan..

6.   Melakukan kolaborasi dan sharing dengan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

7.   Melakukan Layanan Restitusi

8.   Menerapkan budaya positif dalam pembelajaran, dengan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran murid yang aman, nyaman dan menyenangkan.

9.   Melakukan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

10.       Menyusun laporan hasil dari aksi nyata dalam penerapan disiplin positif dan melaporkan hasilnya kepada kepala sekolah.

 

  1. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Dukungan yang diperlukan:

1.    Kepala sekolah, selaku pengambil kebijakan di sekolah.

2.    Teman Sejawat, untuk mewujudkan budaya positif atau disiplin positif diperlukan kolaborasi dari semua warga sekolah sehingga tercipta lingkungan sekolah yang berbudaya positif

3.    Wali murid, orang tua wali murid merupakan usnsur yang dapat menekankan dan menambah pemahaman disiplin positif dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

4. Murid itu sendiri yang terpenting, karena keyakinan kelas yang ada bisa terwujud penerapannya apabila semua murid kosisten untuk melaksanakannya dengan motivasi dari dalam dirinya. 

KESIMPULAN DAN KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF MODUL 1.4 GURU PENGGERAK

 

KESIMPULAN DAN KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF

MODUL 1.4

OLEH :TIONO,S.PD

Emails : tiono01@guru.smp.belajar.id

 

I.        KESIMPULAN

MODUL 1.1 FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA:

Menurut saya dalam Filosofi Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara ada beberapa konsep penting diantaranya:

  1. Menuntun tumbuh kembangnya anak-anak agar mereka mecapai keselamatan,  dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai masyarakat.
  2. Pendidikan yang berpusat kepada anak didik, guru sebagai fasilitator, sebagai pamong, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan bermakna.
  3. Menyesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman. Menurut KHD pengajaran harus disesuaikan dengan hidup dan kehidupan rakyat serta pentingnya asas menurut keadaan, dalam arti segala alat, usaha, dan cara pendidikan harus disesuiakan dengan kodrat keadaannya, baik lingkungan alamnya maupun keadaan/ kondisi zamannya.
  4. Membentuk Budi Pekerti. Budi atau karakter merupakan perpaduan cipta, karsa, dan karya ( kognitif, afektif, dan psikomotik). Pendidikan diharapkan tidak hanya untuk mencerdasakan intelektual tetapi juga mencerdaskan secara emosional dan spiritual, cerdas pemikiran dan baik kepribadian.
  5. Menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran diharapkan yang menyenangkan murid.
  6. Merdeka. Memberikan kesempatan pada anak-anak didik berkembang sesuai minta dan bakatnya, namun tetap dibina diarah sesuai kebutuhan dan karakater peserta didik

MODUL 1.2. NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Nilai-nilai dan peran guru penggerak diantaranya:

  1. Reflektif: Guru Penggerak selalu memahampi proses pembelajaran dan menghubungkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari,serta berusaha untuk terus memperbaiki
  2. Berpihak kepada murid: Gurun penggerak memahami kebutuhan murid dan melibatkan murid dalam perencanaan dan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak termotifasi dalam belajar.
  3. Mandiri: Guru Pengerak memiliki kemampuan untuk bisa menghargai diri dan bertanggungjawab dalam segala proses pembelajaran.
  4. Kolaborarif: Guru penggerak dalam proses perubahan mampu bekerjasama sharing  dengan siswa,guru dalam komunitas.
  5. Inovatif: Guru penggerak mampu mencetuskan ide ide baru ,kreatif dalam mengemas pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan

 

MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Merujuk pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah visi Guru penggerak mewujudkan Profil Pelajar pancasila sesuai tujuan diatas.

Untuk mewujudkan visi tersebut guru penggerak menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif ⟮IA⟯ merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari pertanyaan utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama dalam suasana positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa Indonesia dibuat menjadi akronim BAGJA. Pemilihan kata Bagja  yang dalam Bahasa Sunda berarti ‘bahagia’, menggambarkan proses yang dilalui sepanjang penerapannya dan membawa perubahan.

Tahapan-tahapan BAGJA adalah:

  1. Buat Pertanyaan. Dalam bagian ini, kita membuat 1 pertanyaan utama sebagai penentu arah penelusuran, penyelidikan, dan penelitian terkait perubahan yang akan dilakukan yang dilakukan secara bersama-sama.
  2. Ambil Pelajaran. Setelah menentukan 1 pertanyaan utama, bagian ini akan menuntun bagaimana kita mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu maupun kelompok dalam unsur yang sama maupun berbeda. Bagian ini berusaha mnjawab pertanyaan lanjutan dari pertanyaan utama.
  3. Gali Mimpi. Keadaan ideal yang diinginkan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi.
  4. Jabarkan Rencana. Pada tahapan ini, dilakukan identifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan dan keputusan yang diambil. Diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu agar tindakan yang diambil lebih konkret.
  5. Atur Eksekusi. Tahapan ini membantu transformasi menjadi nyata, sehingga jelas siapa yang terlibat di setiap rencana

MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Posisi kontrol itu meliputi:

  1. Penghukum,
  2. Membuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manager

Dalam penerapan budaya positif sebaiknya memperhatikan kebutuhan murid, dan menerapkan segitiga restitusi, sehingga murid dalam penerapan disiplin positif termotimasi dari dalam dirinya Imotivasi instrinsik).

 

II. REFLEKSI

Sebagai guru dalam mewujudkan visi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, guru menfasilitasi muridnya dengan menciptakan lingkungan sekolah dengan budaya positif sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya.

Dalam menciptakan budaya di lingkungan sekolah, guru sebaiknya berpusat pada murid, dimana menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, atau sesuai kebutuhan dasar manusia dan memperhatikan nilai-nilai universal. Guru di sekolah berperan sebagai posisi kontrol, sedapat mungkin menumbuhkan keyakinan-keyakinan positif yang sesuai dengan nilai-nilai universal (Profil Pelajar Pancasila), dengan menerapkan segitiga restitusi dalam membantu memecahkan masalah. Di sini Guru berperan posisi kontrol manager yang dapat menstabilkan, menvalidasi masalah, dan menanyakan keyakinan, serta mendorong anak untuk mencari solusinya, sehingga termotivasi dari dalam dirinya untuk berdisiplin.

Guru sebagai posisi kontrol manager dan penerapan segitiga restitusi inilah yang menarik bagi saya, karena selama ini seringkali saya sebagai guru dalam menciptakan disiplin positif hanya sebagai pemantau bahkan penghukum.

Dengan memahami modul Budaya Positif ini, saya selanjutnya akan berusaha keras menerapkan posisi manager dengan model segitiga restitusi, sehingga saya tidak merasa bersalah sebagai penghukum sebelumnya, dan mendorong anak untuk mampu menemukan solusi masalahnya dengan menunutunnya sesuai nilai-nilai keyakinan yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Hal lain yang menarik di sini bagaimana menciptakan budaya positif ini secara keseluruhan di sekolah saya? tentunya tidak semudah membalik paradigma yang sudah ada, tentunya memerlukan pemikiran, waktu yang bersinergi dan berkesinambungan dari seluruh warga sekolah

Keyakinan saya mulai dari diri dulu , walaupun tantangan dan rintangan yang menghadang,” untuk menuju puncak tertinggi harus dimulai dari tangga yang paling bawah, setapak demi setapak”.

Selasa, 15 Februari 2022

CONTOH SOAL AKM IPS KELAS 7

 


SOAL AKM IPS KELAS 7


Melansir laman Kemdikbud, AKM merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. AKM memiliki tujuan yakni mengukur literasi membaca dan literasi matematika (numerasi) murid.

Berikut contoh soalnya

A.     Penyusunan Kisi-Kisi Soal

Mata Pelajaran     : IPS

Kelas                     : VII

Sekolah                 : SMP SATU ATAP MANTING

 

NO

Kompetensi Dasar

Materi

Level Kognitif

Indikator Soal

Bentuk Soal

No Soal

1

2

3

4

5

6

7

 

 

1.

 

 

4.1 Menjelaskan konsep ruang (lokasi,  distribusi, potensi, iklim, bentuk  muka bumi, geologis, flora dan fauna)  dan interaksi antarruang di Indonesia  serta pengaruhnya terhadap  kehidupan manusia Indonesia dalam  aspek ekonomi, sosial, budaya, dan  pendidikan

 

 

Dinamika Penduduk Indonesia

Level 1 menemukan

Disajikan tabel komposisi penduduk kabupaten Mojokerto menurut umur dan jenis kelamin, siswa dapat menemukan keadaan penduduk menurut jenis kelamin di kabupaten mojokerto

Pilihan ganda komplek

1

 

 

2.

 

 

Dinamika Penduduk

Level 2

intepretasi

Disajikan tabel komposisi penduduk kabupaten Mojokerto menurut umur dan jenis kelamin, siswa dapat megintepretasikan sex ratio di kabupaten mojokerto

Pilihan ganda tunggal

2

 

3.

 

 

 

 

 

 

Dinamika Penduduk

Level 3 (refleksi dan Evaluasi) /Penalaran

Disajikan tabel komposisi penduduk kabupaten Mojokerto menurut umur dan jenis kelamin, siswa dapat menentukan upaya terbaikuntuk meningkatkan kualitas kesehatan pada penduduk usia 0-4 th di kabupaten mojokerto

Uraian terbuka

3

 

4.

 

 

 

3.2 Mengidentifi-kasi interaksi sosial  dalam ruang dan pengaruhnya  terhadap kehidupan sosial, ekonomi,  dan budaya dalam nilai dan norma  serta kelembagaan sosial budaya.

Interaksi sosial dan Lembaga sosial

Level 1

Menemukan /pemahaman

Disajikan Teks dampak letusan Gunung Semeru ,sisawa dapat mengintepretasikan dampak letusan gunung Merapi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat

Benar/salah

4

 

 

5.

 

 

 

Level 1

 

Disajikan teks dampak letuusan semeru, siswa dapat mengidentifikasi factor yang mempengaruhi interaksi sosial

menjodohkan

5

 

 

6.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dst

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan:

1.      Mengacu pada hasil Telaah KD

2.       Kolom 6, minimal 6 bentuk soal.

Soal Nomor 1:

KEADAAN PENDUDUK KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2019

Penduduk adalah sekumpulan orang yang bertempat tinggal dalam batas wilayah negara pada waktu tertentu. Penduduk bisa dikelompokkan. Hal ini disebut dengan komposisi penduduk. Komposisi penduduk adalah susunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang biasa digunakan yakni usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan ketergantungan. (kompas.com).

Berikut komposisi penduduk Kabupaten Mojokerto menurut umur tahun 2019 sumber BPS 2019

 



Pernyataan berikut sesuai dengan bacaan teks di atas adalah: (Jawaban lebih dari satu)

 

o   1. Jumlah penduduk Kecamatan Jatirejo pada usia 10-14 mengalami penurunan dibandiing dengan penduduk usia 0-4 tahun

o   2. Jumlah penduduk perempuan Kecamatan Pacet lebih banyak dibangding jumlah penduduk laki-lakinya

o  3.  Jumlah penduduk laki-laki keseluruhan Kabupaten Mojokerto lebih banyak dari jumlah penduduk perempuannya.

o   4. Jumlah penduduk keseluruhan Kabupaten Mojokerto pada usia 10-14 lebih banyak  dibandiing dengan penduduk usia 0- 4 tahun

 

Komponen AKM:

1.      Konten              : Teks informasi

2.      Proses Kognitif :memahami level 1

Penjelasan       : pemahaman (menemukan dalam teks

3.      Konteks              : saintific

Soal Nomor 2:

 

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan untuk menentukan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan ex ratio) di suatu daerah.

Untuk menghitung sex ratio kita menggunakan formula sebagai berikut:

Berdasarkan teks di atas Sex ratio Kabupaten Mojokerto yaitu:

a.     a. 101

b.      b 102

c.        c 103

d.      d 104

Komponen AKM:

1.      Konten              : Data

2.      Proses Kognitif :level 2

Penjelasan       : Penerapan mengintpretasi data dan mengintegrasikannya

3.      Konteks              : Saintific.

Soal Nomor 3:

 

Berdasarkan data pada tabel di atas bahwa penduduk kabupaten Mojokerto usia 0-4 tahun cukup banyak, untuk itu upaya Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam meningkatkan kualitas penduduk di usia tersebut, mengadakan dan menggalakan program POS YANDU di desa desa. Bagaimana menurut pendapatmu dan berikan alasan

§  Setuju

§  Tidak setuju

Alasan …………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

 

Komponen AKM:

1.      Konten              : Data

2.      Proses Kognitif :level 3

Penjelasan       : Penalaran

3.      Konteks              : Saintific.

 

Soal Nomor 4:

 

DAMPAK LETUSAN GUNUNG SEMERU

Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan guguran awan panas pada Sabtu sore (04/12), pukul 14.47 WIB. Letusan ini berdampak langsung pada dua kecamatan yaitu Candipuro dan Pronojiwo di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Akibat letusan Semeru warga di sekitar lokasi terlihat panik berlarian berupaya mengungsi ke tempat yang lebih aman. Situasi menjadi semakin sulit karena abu dan awan panas dengan volume besar bergerak cepat hingga membuat situasi lokasi menjadi gelap gulita

Selain menimbulkan korban jiwa letusan gunung Semeru juga mengakibatkan kerusakan fisik pada pemukiman serta fasilitas umum.

“Hampir semua rumah hancur di Curah Kobokan dan semua mengungsi sebagian besar di Balai Desa Penanggal,Selain itu jembatan Geladak Perak yang menghubungkan antara Lumajang-Malang terputus sehingga warga yang ada di Kecamatan Pronojiwo tidak bisa mengarah ke sana kalau dari Lumajang.

Dampak negatif gunung meletus selanjutnya dengan melumpuhkan aktivitas masyarakat, baik dalam bercocok tanam dan mencari nafkah jadi terhenti karena terpaksa mengungsi cukup lama. Ekonomi yang harus dibangkitkan kembali dari awal setelah bencana alam (Detik.com).

 

Beri tanda centang (Ö) pada kolom “Benar” atau “Salah” untuk setiap pernyataan, sesuai dengan teks bacaan “Dampak Letusan Gunung Semeru” di atas.

 

 

Pernyataan

Benar

Salah

 

Letusan Gunung Semeru mengakibatkan terputusnya hubungan sosial antara penduduk Lumajang dengan Kabupaten Malang

 

 

Hubungan sosial yang terjadi di derah yang berdampak letusan gunung Semeru menjadi semakin rekat

 

 

Untuk secepatnya mengembalikan aktivitas hubungan sosial masyarakat yang berdampak akibat letusan gunung Semeru terutama dengan membangkitkan ekonomi

 

 

Letusan Gunung Semeru mengakibatkan berubahnya tata kehidupan sosial masyarakatnya yang didalamnya termasuk Lembaga sosial

 

 

 

 

Komponen AKM:

1.      Konten              : Teks Informasi

2.      Proses Kognitif :level 1

Penjelasan       : menemukan

3.      Konteks              : Saintific.

Soal Nomor 5:

Pasangkanlah data yang ada di lajur kiri dan lajur kanan sehingga sesuai denga isi table dengan cara memberikan tanda panah

 

Factor Faktor interaksi

 

Pernyataan

Imitasi

1

 

a

Masyarakat  banyak memberikan bantuan kepada korban bencana letusan Semeru setelah melihat tayangan Televisi

Simpati

2

 

b

Banyak masyarakat luar tertarik datang ke daerah bencana untuk melihat dampak letusan Semeru

Empati

3

 

c

Ani ikut menangis setelah melihat tayangan televisi yang menayangkan seseorang korban letusan gunung Semeru

Sugesti

4

 

d

Seorang anak di pengungsian menirukan pakaian dan Tindakan yang dilakukan oleh tim BPBD