RANCANGAN
TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA
JUDUL MODUL: PENERAPAN DISIPLIN
POSITIF MELALUI PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS DAN SEGITIGA RESTITUSI DALAM UPAYA
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG AMAN, TENTRAM DAN MENYENANGKAN DI KELAS 7B SMP
NEGERI 2 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO
NAMA
PESERTA : Tiono, S.Pd
- LATAR BELAKANG
Visi guru penggerak adalah
terwujudnya profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional yang
tercamtum dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003
yaitu “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.” Visi tersebut bisa terwujud salah satunya sekolah sebagai lembaga
pendidikan harus memiliki lingkungan yang berbudaya positif.
Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya
positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau
keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan
perubahan paradigma tentang teori kontrol.
Berdasarkan beberapa penelitian, tentang teori kontrol, semua perilaku
manusia pasti memiliki tujuan. Begitupula dengan perilaku siswa. Bahkan sebuah
kesalahan yang dilakukan siswa pasti memiliki alasan. Alasan tersebut biasa
disebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada lima kebutuhan dasar
manusia yaitu: 1) Kebutuhan bertahan hidup (Survival) yaitu kebutuhan berkaitan
dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll. 2) Kebutuhan Cinta dan
kasih sayang (Penerimaan). 3) Kebutuhan Penguasaan (pengakuan akan kemampuan),4)
Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan akan pilihan), dan 5) Kebutuhan akan Kesenangan.
Ketika guru sudah mampu memahami kebutuhan dasar setiap siswa, langkah yang
dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif.
Selama ini, disiplin dipahami sebagai tindakan untuk membuat siswa patuh
pada aturan sekolah dan guru. Apakah
seperti itu penerapan disiplin yang tepat?
Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada
tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu: 1)Untuk menghindari
ketidaknyamanan atau hukuman,2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan
nilai-nilai yang diyakini. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan
pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut
motivasi eksternal dan hal tersebut tidak akan bertahan lama.
Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus
dilakukan dengan alasan yang ke-3. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan
kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi
internal. Motivasi internal lebih berjangka lama dan membuat siswa makin kuat
secara karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, sebab hanya
diri sendiri yang mampu mengontrol diri kita bukan orang lain.Jika belum bisa
mengontrol diri menurut Ki Hajar, penerapan dispilin dilakukan orang lain tapi
dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Artinya, siswa sendirilah yang
menginginkan dirinya menaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau
keyakinan sekolah dan kelas.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka guru dalam proses
pembelajarannya agar tercapai tujuan atau visi tersebut dapat menerapkan
disiplin positif di kelasnya selama proses pembelajaran berlangsung melalui
pembentukan keyakinan kelas serta menerapkan segitiga restitusi dalam membantu
pemecahan masalah murid, agar tercipta pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan
sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
setinggi-tinginya.
- TUJUAN
Tujuan dari rencana tindakan
aksi nyata ini yaitu terciptanya suasana pembelajaran di kelas 7 B SMP Negeri 2
Jatirejo kabupaten Mojokerto yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sehinnga
terwujud rasa disiplin, tanggungjawab, mandiri kreatif, dan beraklak mulia.
- TOLAK UKUR
Tolak ukur keberhasilan dari
rencana tindakan aksi nyata ini diantaranya:
1. Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan
permasalahan yang ada dikelas.
2.
Konsistensi peserta
didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas.
3.
Teraplikasikannya proses
segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontro sebagai manajer
4.
Terciptanya suasana
pembelajaran yang aman,nyaman dan menyenangkan
- LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN
Berikut rencana tindakan
meliputi:
1. Menyusun rencana tindakan
Disiplin positif dan mengkoordinasikan dan mengkulsultasikan dengan kepala
sekolah
2. Merefleksi atau memperbaiki
rencana dari hasil konsultasi dengan kepala sekolah jika diperlukan
3. Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi
nyata kepada rekan sejawat dan wali murid jika diperlukan.
4.
Melakukan Kegiatan
Pembentukan Keyakinan Kelas.
5.
Mendokumentasikan Setiap
Kegiatan..
6.
Melakukan kolaborasi dan
sharing dengan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di
kelas.
7.
Melakukan Layanan
Restitusi
8.
Menerapkan budaya
positif dalam pembelajaran, dengan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
pembelajaran murid yang aman, nyaman dan menyenangkan.
9.
Melakukan refleksi
kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di
sekolah.
10.
Menyusun laporan hasil
dari aksi nyata dalam penerapan disiplin positif dan melaporkan hasilnya kepada
kepala sekolah.
- DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN
Dukungan yang diperlukan:
1. Kepala sekolah, selaku
pengambil kebijakan di sekolah.
2. Teman Sejawat, untuk
mewujudkan budaya positif atau disiplin positif diperlukan kolaborasi dari
semua warga sekolah sehingga tercipta lingkungan sekolah yang berbudaya positif
3. Wali murid, orang tua wali
murid merupakan usnsur yang dapat menekankan dan menambah pemahaman disiplin
positif dalam kehidupan sehari-hari di rumah.
4. Murid itu sendiri yang terpenting, karena keyakinan kelas yang ada bisa terwujud penerapannya apabila semua murid kosisten untuk melaksanakannya dengan motivasi dari dalam dirinya.