Jumat, 23 Desember 2022

ARTIKEL : RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA

 

JUDUL MODUL: PENERAPAN DISIPLIN POSITIF MELALUI PEMBUATAN KEYAKINAN KELAS DAN SEGITIGA RESTITUSI DALAM UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN YANG AMAN, TENTRAM DAN MENYENANGKAN DI KELAS 7B SMP NEGERI 2 JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO


NAMA PESERTA  : Tiono, S.Pd

 

 

  1. LATAR BELAKANG

Visi guru penggerak adalah terwujudnya profil pelajar Pancasila sesuai tujuan pendidikan nasional yang tercamtum dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Visi tersebut bisa terwujud salah satunya sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memiliki lingkungan yang berbudaya positif.

Seorang guru memiliki peran untuk membangun atau mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol.

Berdasarkan beberapa penelitian, tentang teori kontrol, semua perilaku manusia pasti memiliki tujuan. Begitupula dengan perilaku siswa. Bahkan sebuah kesalahan yang dilakukan siswa pasti memiliki alasan. Alasan tersebut biasa disebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu: 1) Kebutuhan bertahan hidup (Survival) yaitu kebutuhan berkaitan dengan fisik seperti makan, tidur, tempat tinggal dll. 2) Kebutuhan Cinta dan kasih sayang (Penerimaan). 3) Kebutuhan Penguasaan (pengakuan akan kemampuan),4) Kebutuhan Kebebasan (Kebutuhan akan pilihan), dan 5) Kebutuhan akan Kesenangan. Ketika guru sudah mampu memahami kebutuhan dasar setiap siswa, langkah yang dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif.

Selama ini, disiplin dipahami sebagai tindakan untuk membuat siswa patuh pada aturan sekolah dan guru. Apakah seperti itu penerapan disiplin yang tepat?

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline ada tiga alasan motivasi manusia dalam melakukan sesuatu, yaitu: 1)Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman,2) Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, 3) Untuk menjadi orang yang mereka inginkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Berdasarkan ketiga alasan tersebut, tindakan pendisiplinan dengan melakukan hukuman atau memberi imbalan bisa disebut motivasi eksternal dan hal tersebut tidak akan bertahan lama.

Berdasarkan teori motivasi tadi, penerapan disiplin di sekolah harus dilakukan dengan alasan yang ke-3. Siswa melakukan kebaikan sesuai dengan keyakinan kelas atau nilai-nilai yang sudah tertanam dalam dirinya atau motivasi internal. Motivasi internal lebih berjangka lama dan membuat siswa makin kuat secara karakter. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yang mengungkapkan bahwa disiplin kepada siswa adalah disiplin diri, sebab hanya diri sendiri yang mampu mengontrol diri kita bukan orang lain.Jika belum bisa mengontrol diri menurut Ki Hajar, penerapan dispilin dilakukan orang lain tapi dalam situasi merdeka bukan keterpaksaan. Artinya, siswa sendirilah yang menginginkan dirinya menaati peraturan sesuai dengan keyakinan universal atau keyakinan sekolah dan kelas.

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka guru dalam proses pembelajarannya agar tercapai tujuan atau visi tersebut dapat menerapkan disiplin positif di kelasnya selama proses pembelajaran berlangsung melalui pembentukan keyakinan kelas serta menerapkan segitiga restitusi dalam membantu pemecahan masalah murid, agar tercipta pembelajaran yang aman, nyaman, dan menyenangkan sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya.

 

  1. TUJUAN

Tujuan dari rencana tindakan aksi nyata ini yaitu terciptanya suasana pembelajaran di kelas 7 B SMP Negeri 2 Jatirejo kabupaten Mojokerto yang aman, nyaman, dan menyenangkan, sehinnga terwujud rasa disiplin, tanggungjawab, mandiri kreatif, dan beraklak mulia.

 

  1. TOLAK UKUR

Tolak ukur keberhasilan dari rencana tindakan aksi nyata ini diantaranya:

1.    Terbentuknya keyakinan kelas sebagai landasan dalam memecahkan permasalahan yang ada dikelas.

2.    Konsistensi peserta didik dan walikelas dalam menjalankan keyakinan kelas.

3.    Teraplikasikannya proses segitiga restitusi dalam memnbantu siswa dengan posisi kontro sebagai manajer

4.    Terciptanya suasana pembelajaran yang aman,nyaman dan menyenangkan

 

 

  1. LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

Berikut rencana tindakan meliputi:

1.    Menyusun rencana tindakan Disiplin positif dan mengkoordinasikan dan mengkulsultasikan dengan kepala sekolah

2.    Merefleksi atau memperbaiki rencana dari hasil konsultasi dengan kepala sekolah jika diperlukan

3.    Mengimbaskan materi budaya positif dan mengkomunikasikan tindakan aksi nyata kepada rekan sejawat dan wali murid jika diperlukan.

4.   Melakukan Kegiatan Pembentukan Keyakinan Kelas.

5.   Mendokumentasikan Setiap Kegiatan..

6.   Melakukan kolaborasi dan sharing dengan rekan sejawat berkaitan strategi membangun budaya positif di kelas.

7.   Melakukan Layanan Restitusi

8.   Menerapkan budaya positif dalam pembelajaran, dengan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran murid yang aman, nyaman dan menyenangkan.

9.   Melakukan refleksi kegiatan tindakan aksi nyata dalam rangka membudayakan kebiasaan positif di sekolah.

10.       Menyusun laporan hasil dari aksi nyata dalam penerapan disiplin positif dan melaporkan hasilnya kepada kepala sekolah.

 

  1. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Dukungan yang diperlukan:

1.    Kepala sekolah, selaku pengambil kebijakan di sekolah.

2.    Teman Sejawat, untuk mewujudkan budaya positif atau disiplin positif diperlukan kolaborasi dari semua warga sekolah sehingga tercipta lingkungan sekolah yang berbudaya positif

3.    Wali murid, orang tua wali murid merupakan usnsur yang dapat menekankan dan menambah pemahaman disiplin positif dalam kehidupan sehari-hari di rumah.

4. Murid itu sendiri yang terpenting, karena keyakinan kelas yang ada bisa terwujud penerapannya apabila semua murid kosisten untuk melaksanakannya dengan motivasi dari dalam dirinya. 

KESIMPULAN DAN KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF MODUL 1.4 GURU PENGGERAK

 

KESIMPULAN DAN KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF

MODUL 1.4

OLEH :TIONO,S.PD

Emails : tiono01@guru.smp.belajar.id

 

I.        KESIMPULAN

MODUL 1.1 FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA:

Menurut saya dalam Filosofi Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara ada beberapa konsep penting diantaranya:

  1. Menuntun tumbuh kembangnya anak-anak agar mereka mecapai keselamatan,  dan kebahagiaan baik sebagai manusia maupun sebagai masyarakat.
  2. Pendidikan yang berpusat kepada anak didik, guru sebagai fasilitator, sebagai pamong, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan bermakna.
  3. Menyesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman. Menurut KHD pengajaran harus disesuaikan dengan hidup dan kehidupan rakyat serta pentingnya asas menurut keadaan, dalam arti segala alat, usaha, dan cara pendidikan harus disesuiakan dengan kodrat keadaannya, baik lingkungan alamnya maupun keadaan/ kondisi zamannya.
  4. Membentuk Budi Pekerti. Budi atau karakter merupakan perpaduan cipta, karsa, dan karya ( kognitif, afektif, dan psikomotik). Pendidikan diharapkan tidak hanya untuk mencerdasakan intelektual tetapi juga mencerdaskan secara emosional dan spiritual, cerdas pemikiran dan baik kepribadian.
  5. Menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran diharapkan yang menyenangkan murid.
  6. Merdeka. Memberikan kesempatan pada anak-anak didik berkembang sesuai minta dan bakatnya, namun tetap dibina diarah sesuai kebutuhan dan karakater peserta didik

MODUL 1.2. NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

Nilai-nilai dan peran guru penggerak diantaranya:

  1. Reflektif: Guru Penggerak selalu memahampi proses pembelajaran dan menghubungkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari,serta berusaha untuk terus memperbaiki
  2. Berpihak kepada murid: Gurun penggerak memahami kebutuhan murid dan melibatkan murid dalam perencanaan dan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga anak termotifasi dalam belajar.
  3. Mandiri: Guru Pengerak memiliki kemampuan untuk bisa menghargai diri dan bertanggungjawab dalam segala proses pembelajaran.
  4. Kolaborarif: Guru penggerak dalam proses perubahan mampu bekerjasama sharing  dengan siswa,guru dalam komunitas.
  5. Inovatif: Guru penggerak mampu mencetuskan ide ide baru ,kreatif dalam mengemas pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan

 

MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Merujuk pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah visi Guru penggerak mewujudkan Profil Pelajar pancasila sesuai tujuan diatas.

Untuk mewujudkan visi tersebut guru penggerak menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif ⟮IA⟯ merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA menggunakan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari pertanyaan utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama dalam suasana positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa Indonesia dibuat menjadi akronim BAGJA. Pemilihan kata Bagja  yang dalam Bahasa Sunda berarti ‘bahagia’, menggambarkan proses yang dilalui sepanjang penerapannya dan membawa perubahan.

Tahapan-tahapan BAGJA adalah:

  1. Buat Pertanyaan. Dalam bagian ini, kita membuat 1 pertanyaan utama sebagai penentu arah penelusuran, penyelidikan, dan penelitian terkait perubahan yang akan dilakukan yang dilakukan secara bersama-sama.
  2. Ambil Pelajaran. Setelah menentukan 1 pertanyaan utama, bagian ini akan menuntun bagaimana kita mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu maupun kelompok dalam unsur yang sama maupun berbeda. Bagian ini berusaha mnjawab pertanyaan lanjutan dari pertanyaan utama.
  3. Gali Mimpi. Keadaan ideal yang diinginkan digambarkan secara rinci melalui sebuah narasi.
  4. Jabarkan Rencana. Pada tahapan ini, dilakukan identifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan dan keputusan yang diambil. Diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu agar tindakan yang diambil lebih konkret.
  5. Atur Eksekusi. Tahapan ini membantu transformasi menjadi nyata, sehingga jelas siapa yang terlibat di setiap rencana

MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan perubahan paradigma tentang teori kontrol. Posisi kontrol itu meliputi:

  1. Penghukum,
  2. Membuat rasa bersalah
  3. Teman
  4. Pemantau
  5. Manager

Dalam penerapan budaya positif sebaiknya memperhatikan kebutuhan murid, dan menerapkan segitiga restitusi, sehingga murid dalam penerapan disiplin positif termotimasi dari dalam dirinya Imotivasi instrinsik).

 

II. REFLEKSI

Sebagai guru dalam mewujudkan visi terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, guru menfasilitasi muridnya dengan menciptakan lingkungan sekolah dengan budaya positif sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya.

Dalam menciptakan budaya di lingkungan sekolah, guru sebaiknya berpusat pada murid, dimana menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan itu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman, atau sesuai kebutuhan dasar manusia dan memperhatikan nilai-nilai universal. Guru di sekolah berperan sebagai posisi kontrol, sedapat mungkin menumbuhkan keyakinan-keyakinan positif yang sesuai dengan nilai-nilai universal (Profil Pelajar Pancasila), dengan menerapkan segitiga restitusi dalam membantu memecahkan masalah. Di sini Guru berperan posisi kontrol manager yang dapat menstabilkan, menvalidasi masalah, dan menanyakan keyakinan, serta mendorong anak untuk mencari solusinya, sehingga termotivasi dari dalam dirinya untuk berdisiplin.

Guru sebagai posisi kontrol manager dan penerapan segitiga restitusi inilah yang menarik bagi saya, karena selama ini seringkali saya sebagai guru dalam menciptakan disiplin positif hanya sebagai pemantau bahkan penghukum.

Dengan memahami modul Budaya Positif ini, saya selanjutnya akan berusaha keras menerapkan posisi manager dengan model segitiga restitusi, sehingga saya tidak merasa bersalah sebagai penghukum sebelumnya, dan mendorong anak untuk mampu menemukan solusi masalahnya dengan menunutunnya sesuai nilai-nilai keyakinan yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Hal lain yang menarik di sini bagaimana menciptakan budaya positif ini secara keseluruhan di sekolah saya? tentunya tidak semudah membalik paradigma yang sudah ada, tentunya memerlukan pemikiran, waktu yang bersinergi dan berkesinambungan dari seluruh warga sekolah

Keyakinan saya mulai dari diri dulu , walaupun tantangan dan rintangan yang menghadang,” untuk menuju puncak tertinggi harus dimulai dari tangga yang paling bawah, setapak demi setapak”.