KESIMPULAN
DAN KONEKSI ANTAR MATERI BUDAYA POSITIF
MODUL
1.4
OLEH
:TIONO,S.PD
Emails
: tiono01@guru.smp.belajar.id
I.
KESIMPULAN
MODUL 1.1 FILOSOFI PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA:
Menurut saya dalam Filosofi Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara ada
beberapa konsep penting diantaranya:
- Menuntun tumbuh kembangnya anak-anak agar mereka mecapai
keselamatan, dan kebahagiaan baik
sebagai manusia maupun sebagai masyarakat.
- Pendidikan yang berpusat kepada anak didik, guru sebagai
fasilitator, sebagai pamong, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan
bermakna.
- Menyesuaikan kodrat alam dan kodrat zaman. Menurut KHD pengajaran
harus disesuaikan dengan hidup dan kehidupan rakyat serta pentingnya asas
menurut keadaan, dalam arti segala alat, usaha, dan cara pendidikan harus
disesuiakan dengan kodrat keadaannya, baik lingkungan alamnya maupun keadaan/
kondisi zamannya.
- Membentuk Budi Pekerti. Budi atau karakter merupakan perpaduan
cipta, karsa, dan karya ( kognitif, afektif, dan psikomotik). Pendidikan
diharapkan tidak hanya untuk mencerdasakan intelektual tetapi juga
mencerdaskan secara emosional dan spiritual, cerdas pemikiran dan baik
kepribadian.
- Menyenangkan bagi peserta didik. Pembelajaran diharapkan yang
menyenangkan murid.
- Merdeka. Memberikan kesempatan pada anak-anak didik berkembang
sesuai minta dan bakatnya, namun tetap dibina diarah sesuai kebutuhan dan
karakater peserta didik
MODUL 1.2. NILAI-NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
Nilai-nilai dan peran guru penggerak diantaranya:
- Reflektif: Guru Penggerak selalu memahampi proses pembelajaran dan
menghubungkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari,serta berusaha
untuk terus memperbaiki
- Berpihak kepada murid: Gurun penggerak memahami kebutuhan murid
dan melibatkan murid dalam perencanaan dan proses pembelajaran yang
menyenangkan sehingga anak termotifasi dalam belajar.
- Mandiri: Guru Pengerak memiliki kemampuan untuk bisa menghargai
diri dan bertanggungjawab dalam segala proses pembelajaran.
- Kolaborarif: Guru penggerak dalam proses perubahan mampu
bekerjasama sharing dengan
siswa,guru dalam komunitas.
- Inovatif: Guru penggerak mampu mencetuskan ide ide baru ,kreatif
dalam mengemas pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan
MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK
Merujuk
pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional berbunyi bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Itulah visi
Guru penggerak mewujudkan Profil Pelajar pancasila sesuai tujuan diatas.
Untuk
mewujudkan visi tersebut guru penggerak menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif ⟮IA⟯ merupakan
pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. IA
menggunakan prinsip psikologi positif dan pendidikan positif. IA beranjak dari
pertanyaan utama yang ditentukan secara kolaboratif dan dijalankan bersama
dalam suasana positif dan apresiatif. Ada lima tahapan IA yang dalam bahasa
Indonesia dibuat menjadi akronim BAGJA. Pemilihan kata Bagja yang dalam Bahasa Sunda berarti ‘bahagia’,
menggambarkan proses yang dilalui sepanjang penerapannya dan membawa perubahan.
Tahapan-tahapan
BAGJA adalah:
- Buat Pertanyaan. Dalam bagian
ini, kita membuat 1 pertanyaan utama sebagai penentu arah penelusuran,
penyelidikan, dan penelitian terkait perubahan yang akan dilakukan yang
dilakukan secara bersama-sama.
- Ambil Pelajaran. Setelah
menentukan 1 pertanyaan utama, bagian ini akan menuntun bagaimana kita
mengambil pelajaran dari pengalaman positif individu maupun kelompok dalam
unsur yang sama maupun berbeda. Bagian ini berusaha mnjawab pertanyaan
lanjutan dari pertanyaan utama.
- Gali Mimpi. Keadaan ideal yang diinginkan digambarkan
secara rinci melalui sebuah narasi.
- Jabarkan Rencana. Pada tahapan
ini, dilakukan identifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan dan
keputusan yang diambil. Diperlukan pertanyaan-pertanyaan pemandu agar
tindakan yang diambil lebih konkret.
- Atur Eksekusi. Tahapan ini membantu transformasi
menjadi nyata, sehingga jelas siapa yang terlibat di setiap rencana
MODUL 1.4.
BUDAYA POSITIF
Budaya positif merupakan perwujudan dari nilai-nilai atau
keyakinan universal yang diterapkan di sekolah. Budaya positif diawali dengan
perubahan paradigma tentang teori kontrol. Posisi kontrol itu meliputi:
- Penghukum,
- Membuat rasa bersalah
- Teman
- Pemantau
- Manager
Dalam penerapan budaya positif sebaiknya memperhatikan
kebutuhan murid, dan menerapkan segitiga restitusi, sehingga murid dalam
penerapan disiplin positif termotimasi dari dalam dirinya Imotivasi
instrinsik).
II. REFLEKSI
Sebagai guru dalam mewujudkan visi
terwujudnya Profil Pelajar Pancasila, guru menfasilitasi muridnya dengan
menciptakan lingkungan sekolah dengan budaya positif sehingga murid dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya.
Dalam menciptakan budaya di lingkungan
sekolah, guru sebaiknya berpusat pada murid, dimana menurut Ki Hajar Dewantara
bahwa pendidikan itu menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman,
atau sesuai kebutuhan dasar manusia dan memperhatikan nilai-nilai universal.
Guru di sekolah berperan sebagai posisi kontrol, sedapat mungkin menumbuhkan
keyakinan-keyakinan positif yang sesuai dengan nilai-nilai universal (Profil
Pelajar Pancasila), dengan menerapkan segitiga restitusi dalam membantu
memecahkan masalah. Di sini Guru berperan posisi kontrol manager yang dapat
menstabilkan, menvalidasi masalah, dan menanyakan keyakinan, serta mendorong
anak untuk mencari solusinya, sehingga termotivasi dari dalam dirinya untuk
berdisiplin.
Guru sebagai posisi kontrol manager dan
penerapan segitiga restitusi inilah yang menarik bagi saya, karena selama ini
seringkali saya sebagai guru dalam menciptakan disiplin positif hanya sebagai
pemantau bahkan penghukum.
Dengan memahami modul Budaya Positif ini,
saya selanjutnya akan berusaha keras menerapkan posisi manager dengan model
segitiga restitusi, sehingga saya tidak merasa bersalah sebagai penghukum
sebelumnya, dan mendorong anak untuk mampu menemukan solusi masalahnya dengan
menunutunnya sesuai nilai-nilai keyakinan yang sesuai dengan profil pelajar
pancasila.
Hal lain yang menarik di sini bagaimana
menciptakan budaya positif ini secara keseluruhan di sekolah saya? tentunya
tidak semudah membalik paradigma yang sudah ada, tentunya memerlukan pemikiran,
waktu yang bersinergi dan berkesinambungan dari seluruh warga sekolah
Keyakinan saya mulai dari diri dulu , walaupun tantangan dan rintangan yang menghadang,” untuk menuju puncak tertinggi harus dimulai dari tangga yang paling bawah, setapak demi setapak”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar